Tidak Tahu dan Tidak Bisa itu Bukan Aib


Saya akan menceritakan sebuah kisah tentang "tidak tahu dan tidak bisa "dimana didalam cerita tersebut   akan terdapat cerita didalamnya  dan cerita didalam cerita ada cerita lagi, yah mirip film inception. Saya sebut cerita ini Storyception. 

Cerita level I
Suatu hari, saya mengenal orang yang begitu ahli disuatu bidang komputer, lalu banyaklah orang bertanya pada dia, tentang ilmu yang dia miliki. Dia berusaha menjawab semua pertanyaan, tentunya dia malu kalau sudah dibilang 'ahli' kok tidak bisa jawab.Dalam bahasa kita sering disebut 'Jaim' alias jaga image. Jaga image ini juga sering kita lihat di acara talkshow, seminar, workshop, pengajian, diskusi dan sebagainya dimana para nara sumber akan menjawab semua pertanyaan walaupun dia sebenarnya tidak tahu. Apakah memang tidak tahu itu adalah aib? 

Satu lagi, Ketika saya kuliah, saya memakai sepeda untuk ke kampus. Dari ribuan mahasiswa di kampusku, pemakai sepeda memang sangat sedikit, bahkan bisa dihitung dengan jari. Suatu ketika, saya dan teman saya ada acara dan sampai ditempat acara, saya baru sadar ada yang lupa saya bawa, otomatis saya inisiatif ambil sepeda dan balik secepatnya. Namun sebelum sepeda saya kayuh, ada teman dengan tiba tiba bilang:
 pakai motorku saja biar cepet, nih kuncinya?".Bang!, dengan malu saya bilang:" maaf, saya tidak bisa naik motor." sontak saja teman teman pada heran, pantesan kemana mana pake sepeda dan ga mau dipinjamin motor. Apakah tidak bisa melakukan sesuatu itu juga aib?

Cerita level II
 Dari kedua kisah tersebut, ternyata juga dialami oleh sebagian besar manusia untuk kasus yang berbeda beda namun intinya sama Suatu hari say ikut pengajian dengan thema "jika suatu urusan tidak diserahkan kepada ahlinya, tunggulah kehancurannya" yang disampaikah oleh ustadz Higa dan ustad Adib. Kita merasa malu kalau umumnya orang tahu namun kita sendiri tidak tahu, kita malu ketika orang punya sesuatu dan kita tidak memilikinya, kita malu kalau kita tidak mempunyai keahlian tertentu dan sebagainya, Lalu sang ustadz bercerita tentang seorang imam di Madinah (saya lupa apakah beliau adalah imam malik atau imam ahmad) dimana Imam ini dijadikan rujukan untuk setiap permasalahan yang dihadapi masyarakat dan umat islam. Imam tersebut ditanya sekian puluh pertanyaan dan sang imam hanya bisa menjawab 3 pertanyaan, sisanya beliau bilang :"Saya tidak tahu!". Lalu sipenanya bilnag :"Lah, anda kan imam (orang yang ahli diagama islam dan dijadikan rujukan) , masa ditanya sekian puluh pertanyaan anda cuma bisa menjawab 3 pertanyaan?"

Cerita Level III
Maka, ketika penanya tersebut mengatakan  hal diatas, si imam menceritakan kepada sipenanya:" Ketika malaikat ditanya oleh Allah (kisah nabi adam yang disuruh menjelaskan nama nama benda /pohon) dan mereka tidak tahu, mereka bilang :"kami tidak tahu". Dan para malaikat tersebut tidak malu, kenapa saya harus malu.

Pelajaran yang bisa diambil

"Tidak tahu dan tidak bisa bukanlah AIB, apalagi untuk perkara perkara duniawi, misal tidak tahu tentang ilmu tertentu, tidak tahu siapa yang menjadi juara final euro, tidak tahu tentang tokoh tertentu, semua itu bukan aib".Anda tidak berdosa karena anda tidak tahu atau tidak bisa melakukan hal hal yang mubah seperti naik motor atau tidak tahu siapa yang menang indonesian idol.


Dari tiga level cerita tersebut, apa yang kita dapat? Tidak tahu dan tidak bisa bukanlah aib. Ketika anda tidak tahu atau tidak bisa, namun karena anda gengsi anda tetap menjawab atau melakukan apa yang anda tidak bisa, maka siap siap akan terjadi perkara atau kerusakan yang lebih besar. Sebagai contoh sederhana, Bagaimana seandainya orang yang tidak bisa naik motor, dia di pinjemin motor dan dia naik motor tersebut malaupun dia sebenarnya tidak bisa? Dia bisa celeka dan mencelakakan orang lain, entah dia menabrak, ditabrak atau terjatuh. Ingat TIDAK BISA DAN TIDAK TAHU ITU BUKAN AIB.

Sekarang kita lihat fakta dilapangan, begitu banyaknya para tokoh ditanya segala macam pertanyaan dia akan menjawabnya, walaupun sebenarnya dia tidak yakin dan tidak tahu, bahkan untuk perkara agama, dengan enaknya seorang ustadz bilang. Mungkin....., menurut saya.........dan berbagai pendapat pribadi untuk perkara halal dan haram atau boleh dan tidak bolehnya suatu perkara dalam islam. Dia tidak sadar menjerumuskan diri sendiri dan orang lain tanpa ia sadar.

Jika kita tidak tahu, katakan tidak tahu, itu lebih selamat bagi kita sendiri dan bagi orang lain. Jika kita tidak bisa dalam keahlian tertentu, katakan tidak bisa karena itu akan lebih menyelamatkan anda dan orang lain. Jika perkara yang anda tidak tahu atau tidak bisa adalah perkara yang anda butuhkan, itu akan menjadi motivasi anda untuk belajar!

Sekali lagi, jangan minder, jangan jaim dan tidak usah gengsi untuk bilang ' Saya tidak bisa!' atau 'Saya tidak tahu'. ITU BUKAN AIB!