Ngamen Gratis

Ketika pertama kali saya datang ke kota Yogyakarta, saya heran kenapa di depan rumah dan tempat usaha ada tempelan kertas bertuliskan "ngamen gratis". Dalam hati, "hah, apa maksudnya?". Ternyata maksud dari ngamen gratis adalah jika ada pengamen yang ngamen di tempat itu tidak akan dibayar sepeserpun.

Kadang terpikir:"Ya ampun, warga jogja pelit amat ya". Sampai suatu hari saya jadi operator warnet dan merasakan sendiri kenapa banyak warga dan tempat usaha yang menuliskan "Ngamen gratis" didepan rumahnya. Alasannya ternyata sederhana, dalam satu hari pengamen bisa sampai puluhan,itu belum termasuk pengemis. Kita asumsikan saja satu pengamen diberi uang 500 rupiah dikalikan 10 pengamen itu 5.000. Jika dalam satu hari hari habis uang 5000, maka dalam satu bulan sekitar 150.000. Dalam setahun sekitar 1.800.000. Tentunya jumlah yang tidak sedikit bukan?

Seandainya semua warga sepakat menuliskan "Ngamen gratis" disetiap rumahnya, mungkin jumlah pengamen akan turun. Sekarang kalau kita mau lebih dalam membahas pengamen, Dari 10 pengamen yang datang tiap harinya? Berapa yang suaranya bagus, berapa yang menghibur? Seandainyapun suaranya bagus, itu juga belum tentu menghibur karena kita tidak minta untuk dihbur. Malah kadang ada yang cuman pake alat icrik icrik dengan bunyi sekenanya. Lah, waktu saya diwarnet juga sedang memutar lagu juga, terus kok diluar ada pengamen, di beri uang malah besok datang lagi (langganan) ga dikasih kadang kasian juga!

Seharusnya pemerintah menertibkan pengamen baik dijalan jalan atau yang ngamen di rumah rumah. Alangkah baiknya mereka ditertibkan dan diberi modal usaha ketimbang ngamen ga jelas dan yang memberi uang pun hanya sekedar 'terpaksa' memberi tanpa mengasihi.