God Bless America (2012)

Kondisi tatanan dan norma masyarakat di dunia saat ini sudah tidak lagi seperti era 90-an. Dulu, komunikasi verbal dan langsung adalah hal yang paling dinantikan. Ngobrol santai di akhir pekan, makan bareng dan menikmati acara atau event bersama keluarga tanpa ada interupt adalah hal yang sangat dinantikan.

Oke, kembali ke era 2012, sekarang era teknologi, social, web dan generasi narsis serta instant. Ketika kita bertemu dengan teman kita, kita tidak saling memandang atau ngobrol, yang terjadi kita saling menatap gadget kita masing masing, update status, ngetweet atau melike sesuaut di internet. 

Hal ini diperparah dengan menjamurnya Reality show  sampah dan pencarian bakat. Reality show sampah benar benar sampah, disana semua terjadi begitu saja, dari ucapan kasar ke orang tua, acara yang didramatisir dan bangunan mimpi bagi para remaja yang ingin tenar secara instant. Ditambah lagi ajang pencarian bakat dimana justru yang tidak berbakat dijadikan tontonan favorit, dipermalukan dan dijadikan ejekan baik oleh juri atau oleh penonton. 

Saya yakin, bukan hanya saya yang kesal dengan acara acara diatas, namun termasuk anda yang masih percaya dengan kehidupan sosial dengan interaksi yang manusiawi, simpati dan perhatian dalam bentuk yang lebih real, bukan dalam bentuk chat atau like di facebook. Kadang, saya sendiri kesal dengan acara reality show, tokoh partai yang bermuka dua, tokoh yang pintar bicara dan menjatuhkan pemerintah, berita sampah yang diberikan oleh televisi dan sebagainya.

Kadang muncul juga hayalan, bagaimana caranya dunia lebih damai sehingga tingkat narsis, lebay, alay dan budaya instant bisa berkurang. Caranya? Bunuh para artis lebay an alay, bunuh para panitia dan juri segala macam pencarian bakat dan doooor para politisi busuk yang pintar bicara sedikit bekerja. Termasuk bunuh juga para koruptor yang masih bisa tertawa walaupun masuk penjara. 

Nah, khayalan tadi diubah oleh sutradara, dalam sebuah drama comedy. Dalam film ini diceritakan tentang seorang laki laki paruh baya yang hidupnya serba susah, cerai dari istri, dipecat dari perusahaan karena terlalu dekat dengan front-office dan punya tetangga yang anaknya selalu menangis dimalam hari, selepas kerja, hiburannya cuma menonton TV, namun isi tontonannya hanya acara Pencarian bakat, reality show atau debat politik yang mengesalkan. Sedangkan isi beritanya cuman berita sampah seperti demo, atau kejadian pembunuhan atau bunuh diri konyol. Dia merasa dunia sudah tidak punya tatanan norma masyarakat. Belum lagi dia di vonis mengidap tumor otak yang tidak mungkin disembuhkan lagi.

Karena dia kesal, akhirnya dia membunuh para tokoh, artis, juri pencarian bakat dan politikus alay, lebay dan narsis agar kehidupan sosial menjadi normal.  Dibantu oleh roxy, seorang remaja yang mempunyai perasaan yang sama dengan laki laki ini.

Pesan dari film ini ada beberapa hal

  1. Menyambung silaturahmi dengan bertemu, bukan dengan berbagai macam layanan internet atau digital.
  2. Jangan menertawakan orang lain atau membicarakan gosip yang sebenarnya sangat tidak bermanfaat.
  3. Stop acara pencarian bakat yang isinya hanya mempermalukan peserta yang sebenarnya tidak. berbakat
  4. Stop demo atau debat kusir para politikus yang justru memprovokasi penonton untuk bertindak jelek. 
Film ini merupakan film indie amerika, Namun semua pesan moral diatas sangat cocok bagi bangsa indonesia yang mengalami degradasi moral dan ke-lebay-an yang hampir sama dengan amerika. Jika anda ingin menonton film ini, download dari filesharing atau streaming lewat netflix. Bagi anda yang masih peduli dengan kehidupan sosial yang normal atau  ragecomic dan 9gag.com, film ini cocok untuk anda.